Nono Warnono:
PINTA DESEMBER
Gerimis merajam gigil malam
Bulan renta terpagut kelam
Sembunyi suar gemintang
Sepi nan dalam
Sedihmu begitu menghunjam
Lolong anjing membenci sunyi
Desah angin semilir lamunan
Tentang asmara layu sebelum berkembang
Tentang bait sajak di daun mengulat
Tentang senandung camar
Dalam gemulung ombak
Tangis bayimu menyayat kencang
Sontak jiwa melirih lembut menyibak gulita
Mengaca imaji bayang langit di danau hati
Samar-samar kunang-kunang angan
Di ujung desember kelabu
Mengangkat tangan melangit doa
khusuk menggapai Arsy singgasana Allah Azza Wajalla
Masjid
Al-Aula Ngemplak Baureno, Akhir Desember 1994
( Dimuat di Majalah Mimbar Pendidikan Agama Nomor VI
Tahun 1995)
Nono
Warnono:
EPISENTRUM
Sumber
segala sumber merambat mengguncang pranata centang perenang
Gempa
hebat tiba-tiba menggetarkan laju peradaban global binal
Menenggelamkan
kibar layar jiwa-jiwa terserak gelombang besimaharajalela
Biru
lautan hati sontak terdampar karang-karang ambisi bebatuan keangkaramurkaan
Pantai
kehidupan sarat polusi budaya dan dekadensi moral
Asal-muasal
getaran penggoyah keteguhan iman berpuing adalah pusat kekuasaan
Relung-relung
hati lekas terjajah simbah serakah
Ketenangan
samodera nurani goyah tergoda kilau mentari
Pelangi
jiwa menjadi taburan bias dan gulita mendung jelaga
Ketika
senja jaman tergulung ombak peradaban benarkah agama tetap kuasa
Esok
masihkah kita berharap hadirnya samodra hidayah dan pencerahan?
Ataukah
pertanda bahwa segera datang peniup sangkakala?
Baureno,
Desember 1994
( Dimuat di Majalah Mimbar Pendidikan Agama Nomor VI
Tahun 1995)
Nono
Warnono :
DI
KAWAH BROMO
Malam
terus mendekap sekujur gunung
Sesekali
semilir angin mainkan pasir terhampar
Beterbangan
liar kepucuk dedaunan
Biru
langit lazuardi berserak gemintang
Membimbing
malam
Mengejar
deru waktu
Berderet
bayang bergerak
Dari
hamparan sabana kelebat lukisan alam
Kaki-kaki
melangkah menghitung tangga demi tangga
Ada
yang terengah dengan menyebut-nyebut nama Tuhan
Mendongak
menggapai puncak
Samar-samar
kabut bergerak memutar
Menjamah
kawah
Menjuntai
gelap menggelincir jiwa
Hingga
semburat jingga menghias angkasa
Mentari
baru menebar laksa asa
Puncak
Bromo,1995
(Dimuat
di Mingguan Guru, Pebruari 1995)
Nono Warnono:
DI DEPAN PINTU-MU
Berkali tersandung terhuyung
Terjatuh dalam sendi-sendi tauhid rapuh
Hidup bertulis luka-luka dosa
Perih memagut-pagut sesal
Dan dua pedoman
terhempas lepas
Merayap dalam gulita
Menggapai-gapai cahaya-Mu
Mengais mencari makna hidup
Di hamparan bumi kelam
Melangit doa selaksa pinta
Berkubang di lumpur nista
Terentas terbebas kapan ya Robb
Berkali mengetuk pintu-Mu
Kupersembahkan deras air mata
Kuserahkan segenap jiwa
Dalam gigil hamba
Bojonegoro,
1995
(Dimuat
di Mingguan Guru, Pebruari 1995)
Nono Warnono:
RENUNG
Geliat
sukma menyibak malam
Melongok
gulita meraih sunyi
Mimpi
yang belum tuntas terselesaikan
Pengembaraan
yang terhenti di angan
Gelepar
angan terhunjam rasa
Daun daun
berguguran
Terserak
Terhambur
putting beliung
Bulan
merah tertusuk ranting
Pohon
meranggas jaman
Tersungkur
di liku angan
Jalan
terjal hela napas tersengal
Luka-luka
merah menganga
Kepedihan
jiwa
Terpejam
di ujung waktu
Made - Lamongan, 1996
Nono
Warnono:
KEMBARA
Langkah
lelah sepanjang kata hati
Menyusuri
waktu tak tentu
Menyerta
kitar mentari
Tuntunan
rembulan
Jiwa
mahardika tak bercakrawala
Orang
–orang lalu lalang bicara sendiri
Deru
kendaraan seperti saling berteriak
Diantara
jerit mesin kapal yang menyapaku
“Mau
kau bawa kemana langkahmu?”
Aku
terdiam seribu bahasa
Pelabuhan
Merak-Bakauheni 1996
Nono
Warnono :
PENDULUM
Pikiran
bergerak kiri kanan
Bandul
kegamangan tak henti
Kearifan
antara kebengisan
Erupsi
kesumat
Ataukah
alun luas kesabaran
Angan
melayang kekitrang
Mengais
gemintang
Atau
debur ambisi
Melompati
percikan nafsu
Menguliti
gelap malam
Berlari
ke kanan kiri
Dalam
nafas tersengal
Mengejar bayang
seribu mimpi
Tentang
asa tercuri waktu
Termangu
dalam seribu ragu
Cerme Gresik, 1997
Nono
Warnono:
KUHADIRKAN
Kuhadirkan nasihat untaian nama
Dalam tebusan gadai aqiqah
Mengeja hari bersolek ilmu
Meretas jalan menguak era
Dalam derap jaman menderu
Kuhadirkan nasihat nyanyi sasmita
Saat alpa menggoda nista
Terangi hati sarat taubat
Sebelum gelepar sukma memisah raga
Kuhadirkan nasihat bisikan jiwa
Cercah cahaya kunang berkedip
Bak suar lilin tuntun
kebaikan
Sebutir dzarrah tetap lah nampak
Meski sebulir maslahat di rerimbunan
Kelana hakiki
Lengkong-Babat,
1998
Nono Warnono :
KIAMBANG
Terapung di atas air
Terombang ambing gelombang
Tak tentu arah
Terhempas setiap waktu
Gambar hati gamang
keraguan
Siang malam tak henti
Mengarung samudera hidup
Terbentur karang
Melompati ombak
Terombang ambing sepanjang waktu
Terserak
Hati nan sarat kebimbangan
Bojonegoro,1999
Nono Warnono:
DRAMATURGI
Telah menjalar sekujur tubuh
Kanker ganas menggerogoti sendi pertiwi
Nusantara gugusan pulau mashur
Merapuh postur
matra negeri
Meja hijau
terali besi
Tanpa jera
penghalang murka
Penyakit hati
nan menguasai
Musnahnya iman
di relung kalbu
Lihatlah
mereka yang duduk di kursi pesakitan
Kamuflase orang-orang
rakus disebut mulia
Terkuak lebar
bersuara mulut comberan
Berlumur silat
kata kemunafikan
Gamblang nian
tingkah pencoleng bermuka dewa
Laku nista
dipertontonkan kasat mata
Kepura-puraan
Lakon drama
Penonton murka
Jakarta,
Akhir Desember 1999
Nono
Warnono:
JUMUD
Menguntai kata kelindan rasa
Bait asa selaksa mengeja cinta
Merawat taman puisi jiwa
Kabut jaman menabir bianglala
Memuncak kembara di ketinggian
Membeku tiba-tiba
Melayar samodra kata
Berselancar horizon langit jingga
Senandung lagu penggugah jiwa
Debur ombak kehidupan
Badai samudera merajalela
Kembara mengejar cakrawala
Meski bermuara dalam kebekuan
Menggubah gita asmaradana
Nyanyikan sonata angin jaman
Yang terdengar gending megatruh
Ketika anak jaman mendebar senja
Gemulung gelombang dekadensi nggegirisi
Mata air dari air mata mengalir membeku rasa
Bojonegoro,
Agustus 2000
Nono
Warnono :
AJAL
Masa yang
telah ditentukan
Tidak
dapat dikurangi atau dilebihkan
Yang
dapat diupaya
Adalah
mengelola usia
Dengan
dosa kemaksiyatan
Atau
dengan pundi-pundi kebaikan
Rentang
waktu yang telah ditentukan
Ada qada-qodar
yang harus diterima
Ada
dimensi yang diikhtiarkan
Ada sisi
tawakkal dengan penuh kepasrahan
Ada saat
harus kembali
Berpulang
menyusur kampung abadi
Menghadap
pemilik sejati
Saat
catatan baik buruk diperhitungkan
Di tangan
kiri atau kanan
Nilai
kehambaan pengabdi
Ataukah
kesombongan atas Bendara
Inilah
hakekat sebuah perjalanan
Tak
terbatas ruang dan waktu
Bojonegoro,
Desember 2001
Nono
Warnono:
PRASANGKA
Ujaran
rasa terderai
Gaduh
kalbu menderu
Menggaung
dada
Merambat
hujat
Kepada
pemurba hajat
Langkah
kaki mengejar bayang
Menggapai
liar angan diantara
Jemari
hati menghitung hari
Menuduh
Tuhan
Pendusta
janji penipu suratan
Berhenti
di titik awal
Memulai
dari ruang hampa
Kontemplasi
diri di kedalaman
Ketika
lorong kesesatan
Datang
cahaya penerang
Masjid Al-Ma’ruf, Desember 2002
Nono
Warnono:
HIPOKRIT
Bekab
dendang telangkup jemari maaf
Urung
bergaung redam kesumat
Susuri
relung atas karang menyamodra rasa
Mengarung
menuju cakrawala senja
Ketika
usia telah meranggas
Lini
masa menawar api dan salju
Ruang
jagat adalah ajang kekitrang
Kobaran
angkara atau kedamaian
Segumpal
kalbu menakar hasrat
Menuduh
Tuhan selingkuh suratan
Sebuah
kemurtadan
Tabiat
manusia memang angkara
Dan
pendosa
Dalil
ketidakadilan pembenar kerakusan
Ngawi,
Desember 2003
Nono
Warnono:
PESOHOR
Blusukan
penjaja citra
Pampangkan
gambar-gambar pesolek
Melenggok
hapsari
Atas
kahyangan imaji
Singgasana
ambisi
Bayu
mendakwa puting beliung
Mentari
menuding rembulan
Tentang
hasrat kekitrang
Ketika
tangan setan menjamah
Lihatlah
campur tangan Tuhan
Ambisi
Harapan
Nafsu
Ejakulasi
dini
Kepada-Nya
semua berpulang
Parung Bogor, Januari
2004
Nono
Warnono:
KEMBARA HIDUP
Kembara
hudup langkah nan istiqamah
Menyibak
kegelapan
Menerobos
hujan badai
Berlangit
takdir tersurat pasti
Usai
tawakkal atau ihtiar
Kembara
hidup belajar memahami pemaknaan hayat
Bukan
fahombo lompat batu beradu
Tidak
ritual tarian baluse atau maena pendewasaan remaja
Tapi
blabar kawat perhelatan
Silat
jiwa dan pemikiran keputusan
Yang
tiada perulangan atas kegagalan
Kembara
hidup terus susuri jalan
Landai
terjal dilalui
Tiada
henti meniti hari-hari
Hingga
maut menjemput entah dimana
Ketika
Tuhan menggiring jiwa
Bali,
Desember 2005
Nono
Warnono:
LAPINDO
Kau
sumbat sembur lumpur menghancur
Kau
bendung dengan tanggul menggunung
Takkan
kuasa segala reka atas murka
Sambutlah
ambisi angkara
Bendung
keserakahan nan merajalela
Rekalah
dengan pertaubatan menjamas dosa
Lihatlah
Telah
kau renggut
Kau
tenggelamkan
Telah
kau kubur
Mimpi
dan harapan mereka
Kau
dengarkah jerit jiwa meratap
Merindu
bangku madrasah pesantren
Mengenang
kuburan moyang
Mencari
cerita hidup yang tinggal kenangan
Sidoarjo,
Juli 2006
BIOGRAFI PENYAIR
NONO WARNONO (SUWARNO)
Lebih dikenal dengan nama Nono Warnono dalam dunia
kepengarangan,sejatinya memiliki nama asli Suwarno. Lahir pada tanggal 14 Juli 1964 di
Bojonegoro, sehari-hari sebagai Pengawas Sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan
Kabupaten Bojonegoro.
Sejak duduk di bangku Sekolah Pendidikan Guru tahun 1982
sudah menggemari dunia tulis-menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Tulisan bahasa Indonesia berupa puisi, cerpen, dan opini yang tersebar di
berbagai koran dan majalah. Dalam bahasa Jawa karyanya berupa cerkak (crita
cekak), geguritan (puisi), cerita misteri dan opini yang berupa buku maupun
dimuat diberbagai koran dan majalah, seperti Jawa Pos, Mimbar Agama, Panjebar
Semangat, Jaya Baya, Djaka Lodang, Mekarsari, Darmajati, dll.
Kiprahnya dalam dunia pendidikan mengantarkannya sebagai Guru Teladan
Nasional Tahun 1998 dengan makalah
berjudul: “Revitalisasi Pendidikan Budi Pekerti melalui
Pembelajaran Bahasa Jawa”, sehingga mendapatkan apresiasi sebagai kepala sekolah
termuda di Bojonegoro saat itu. Penulis yang nyambi sebagai dosen diberbagai
perguruan tinggi swasta ini pada tahun 2014 juga meraih predikat sebagai Instruktur Nasional terbaik dalam
implementasi Kurukulum 2013 (K-13).
Sebagai sastrawan jawa, pada tahun 2014 menerima
penghargaan Hadiah Sastra Rancage berkat antologi cerkaknya berjudul “Kluwung” yang diterbitkan oleh penerbit Azza Grafika dan sanggar
sastra Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB) dimana dia juga sebagai salah
satu penggeraknya.
Buku-buku Pendidikan
yang telah diterbitkannya antara lain: “Evaluasi
Belajar Sekolah Dasar” (1998), Silabus Pendidikan Kepramukaan (2017), Buku
materi ajar mulok “Matoh Basa Jawa” Kelas
I-VI (2015), Buku Pendidikan “Perspektif”. Buku-Buku sastra :
Antologi Gurit
“Sanja” (2011), Antologi Cerkak “Kluwung” (2014), Crita Misteri “Malaikat Jubah
Putih” (2014), (2016) dan Antologi Geguritan “Kidung Langit” (2018). Serta buku kumpulan puisi berbahasa Indonesia
dengan judul :“Nyaynyian Bidadari.
Buku antologi Kidung Langit pada tahun 2018 memperoleh
apresiasi dari Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT) sebagai karya sastra jawa terbaik
melalui Penghargaan Sutasoma.
Beberapa buku
yang ditulis bersama pengarang lain yaitu: Antologi bersama “Tes…”(1997),
Antologigurit “Bojonegoro Ing Gurit” (2006), Antologi Cerkak “Blangkon” (2006),
Antologi gurit “Tunggak Jarak Mrajak” (2010), Antologi cerkak Pasewakan (2011),
Antologi gurit “Mlesat Bareng Ukara” (2014), dan Bunga Rampai Puisi-Cerpen
“Lingkar Jati” (2015)., Bunga Rampai PSJB (2018).
Disela-sela tugas kedinasan masih
menyempatkan berkiprah di beberapa organisasi kemasyarakatan: Pengurus Kwartir
Cabang Gerakan Pramuka Bojonegoro, Pengurus Dewan Kebudayaan Bojonegoro, Ikatan
Pengurus Haji Indonesia (IPHI) Bojonegoro dan secara intens turut melestarikan
budaya jawa sebagai panatacara.
Bersama istri
tercinta Lilik Endang Wardiningsih, kini tinggal di Perumahan Gajah Indah
Village Blok O No.18-19 Gajah -Baureno-Bojonegoro dengan putri semata wayang Laras Gupitasari.
Email: suwarnobbt@gmail,com. Telp.(0322)454667
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar